Wednesday, April 17, 2013

60000 Yang Nyanthol di Roda

Cuaca hari itu mendung, menguntungkan bagi suamiku karena gak kepanasan saat membajak sawah. Seperti biasa setelah adzan zuhur, suami pulang dulu untuk menikmati makan siang dan segelas kopi pahit sambil berbaring di depan tivi menikmati berita siang.
"Pak, pempesnya si kecil sudah habis lo, mau beli uang kita tinggal 5000," ucapku sambil mengangsurkan segelas kopi kepada suami.
"Beli yang satuan dulu, nanti akan kuusahakan," suami menyahuti dengan nada berat.
"Atau sikecil ndak usah pakai pempes saja Pak, kan sudah gede," usulku sambil menyuapi si kecil.
"Jangan dulu, nanti kalau sudah bisa ngomong saja, kalau kepleset ompolnya sendiri kan bahaya buk,"
"Ya sudah terserah bapak saja, bagaimana baiknya,"  kuiyakan sajalah, biar suami tambah semangat.
Selang tigapuluh menit, suami bangun dan bersiap berangkat kesawah lagi, pekerjaan di sawah sedang menumpuk, pengerjaan membangun rumah juga perlu dikebut, mumpung pak tukang pada libur suami turun kesawah dengan adiknya sambil mencari keong sawah dan belut untuk makan bebek-bebek kami. tapi belum genap lima menit suara motornya sudah pulang lagi.
"Buk, ibuuk, aku dapat rejeki cepat kesini, " teriak suamiku sambil nenteng ular sawah di tangan kiri.
Ular? kenapa bawa ular, tapi mendengar nadanya yang kegirangan akupun ikut tergopoh bersama sikecil kami melihat apa yang dia bawa. Benar saja seekor ular priting yang cukup besar melilit tangan kokohnya, reaksi pertama si kecil saat melihat ular adalah, "Hiiiiiiyyy,,," dengan bahu yang sedikit terangkat. tapi ternyata rasa penasaran lebih dominan menguasainya, dengan takut-takut si kecil menyentuh tubuh ular yang melilit di tangan bapaknya itu, bahkan sempat meremas kuat tubuh ular itu, rupanya di beranggapan hewan itu adalah belut yang besar.
"Ini dijual bisa untuk beli pempesnya si kecil Buk," usul suamiku sambil terus memegangi ular ditangannya agar tidak menggigit si kecil.
"Ya sudahlah, daripada ndak pakai pempes." jawabku enteng.
Dan benar saja, suamiku segera menjual ular tersebut, pulang menyodoriku uang enampuluhriburupiah, alhamdulillah, masih ada lebih untuk beli minyak kayu putih dan lauk besok pagi.
Perlu diketahui, di daerahku orang-orang biasa mencari ular untuk dijual. biasanya ular kobra, ular priting, ular sayur dan ular sawah lainnya. tapi untuk jenis ular kayu dan ular air/ular sungai ndak bakalan laku dijual.
Yang jadi pertanyaanku, haram nggak sih jualan ular?

No comments:

Post a Comment