Wednesday, July 31, 2013

LOVE IS MAGIC



RASA PADA CINTA


Menatapmu dari balik tirai
Menuntun sejuk embun, menarikan dingin
Berkeliaran sudah anganku menjelajah suara sendumu
Berkejaran pada rumput basah
Menyisakan bercak lembut pada dedaunan
Lihatlah, merdu kutilang bercericit dari dahan ke dahan
Mungkinkah dia menghibur, atau sekedar cemburu?
Senyumku mengembang perlahan
Menarikan asa pada sepasang sayap kecilnya
Bertumpu sudah pada luruh helaian nafasnya
Merajuk manja
Mentapmu dari balik kacamata cinta
Benarkah tak harus termiliki?
Meskipun sangat kuingini?
Rasa ini jadi begitu egois
Semerbak edelweiss mungkin kan luruhkan rinduku


Wlingi, 31 july 2013
15.22

Sunday, July 28, 2013

SEPENGGAL WAKTU 1 (flash fiction)



17.47  Terminal Bungurasih
Setelah suara adzan berlalu sepersekian detik yang lalu, aku tersadar waktu dua jam hampir usai, masih ada tenggat waktu tiga puluh menit, sebelum aku benar-benar melangkah meninggalkan terminal.
Lelaki berkacamata disebelahku masih sibuk dengan rokok mild yang baru dia sulut, peluh terlihat mengalir dipelipisnya, sementara ekor mataku sibuk mengamati lalu lalang orang-orang di depanku. Aku menyukai keramaian seperti ini, keramaian yang jujur, meski tak kupungkiri aku lebih merindukan debur ombak di pantai. Aku rindu duduk berlama-lama di hamparan pasirnya sambil memandang lepas ke tengah lautan, dan membiarkan panas mentari melegamkan kulitku yang memang tak bisa dikatakan berkulit putih atau sekedar cerah, aku lebih menyukai angin pantai. Tak apa setidaknya keramaina terminal seperti ini memberiku warna lain.
“Jadi bagaimana, masih betah disini? Lihatlah, hari mulai gelap, aku hanya kasian bila kemalaman di jalan,” Pria disebelahku membuka percakapan, setelah kami sempat terdiam beberapa menit yang lalu.
“Iya, sebentar lagi,” jawabku ketus tanpa menoleh, pandanganku masih lurus ke depan.
Kulirik sekilas wajah lelahnya, bukankah aku dulu selalu terkagum-kagum dengan pria seperti ini, seorang pria yang meski tak sempurna tapi bersedia mendengar keluhanku, namun nyatanya ini kosong. Sama seperti aku ketika dalam pelukan lelakiku, juga kosong, hampa tanpa rasa, hanya karena komitmen dan kewajibanku untuk menjaganya tetap utuhlah yang membuatku masih bertahan pada situasi seperti ini. kenapa setelah sekian lama aku melarikan semua kecewa itu, rasanya masih membekas kuat, seolah semakin mengakar kuat dalam hatiku, semakin aku berusaha melepas, semakin dalam aku terperosok jauh ke kedalaman palung luka.
Pria disebelahku melirik sekilas, duduk bersebelahan seperti ini memang membuatku sedikit nyaman, tapi ini bukan nyaman yang kurasakan saat aku bersama dia. Ini bukan nyaman karena cinta, tapi hanya merasa nyaman karena ada seseorang yang sudi menganggapku ada sebagai sahabatnya, atau apalah anggapannya terhadapku. Bahkan untuk lelaki yang seperti inipun aku masih gagal menumbuhkan cinta lagi, masih tetap cintanya yang merajai hatiku.
“Baiklah, aku pualng sekarang,” ucapku sambil mengenakan jaket dan mencangklong ransel.
“Terima kasih, mau menemuiku disini, dan berbagi cerita danganku,” ucapnya datar.
“Tidak, seharusnya aku yang berterimaksaih, untuk waktu dan kopinya,” sambil memaksakan sebuah senyuman, entah terlihata seperti apa senyumanku kali ini, aku tak perlu ambil pusing lagi.
“Cepatlah, keburu malam,”
Aku sudah hampir melangkah menjauh, tapi aku malah memutar badanku dan mengulurkan tanganku padanya. Apa-apaan ini, hey, kenapa aku jadi genit begini, baiklah aku harus mengucapkannya lagi, “terima kasih,” benar-benar tak ada getaran itu.
Segera kuputar tubuhku seratus delapan puluh derajat, dan memantapkan langkahku menuju bis patas Surabaya-Malang, sebenarnya aku ingin menoleh sekali lagi, tapi egoku melarang. Aku cukup malu dengan pertemuan ini, sebenarnya aku tak ingin terliahta cengeng dihadapannya, tapi malah aku membeberkan kelamahanku dihadapannya, kali ini aku pasti terlihat konyol, wanita macam apa aku ini?
Sebenarnya aku ingin memastikan apakah lelaki berkacamata itu telah meninggalkan kursinya, sekali lagi aku memaksa untuk tidak malakukannya lagi. Aku memilih mengumpati diriku sendiri, sekali lagi aku gagal menumbuhkan cinta untuk orang lain, selain dia. Uh.. pukulan telak kalimat first love never dies itu benar-benar menjadi kutukan yang panjang.
Kuhempaskan tubuh lelahku di bangku bis, bersebalahan dengan perempuan cantik yang melengos sebal, mungkin karena aku mengagetkannya. Aku tak peduli, sama dengan lelaki di bangku seberang yang menatapku dengan pandangan aneh, aku juga tak peduli. Segera kututup mataku, dan menghadirkan slide show, lelakiku, pria berkacamata, dan dia. Tapi kenapa wajah dia lebih dominan, menutupi hampir semua yang wajah yang berusaha kuingat, dan sekarang hanya wajahnya yang memenuhi sel otakku.
Tuhan, kali ini aku bertanya pada-Mu apakah aku belum keras berusaha untuk melupakannya, kalau memang ini cinta, seharusnya tak menjadi siksa buatku.
Bis, melaju meninggalkan terminal Bungurasih, menyisakan sepotong kecewa lain yang menggelayutiku, sekali lagi aku gagal mengusir dia dari hatiku. Bahkan lapar yang sejak siang tadi, mendadak hiang berganti dengan sakit yang menohok ulu hatiku. Tidak, aku tak boleh menangis lagi, sudah terlalu banyak airmata yang kutumpahkan untuknya.

Saturday, July 27, 2013

RASA PADA DERAI TAWA KITA

Sepenggal cerita
Berseruan seketika pada riuh
Mendehem kecil rasaku seketika
Bukan…
Bukan seperti ini yang ingin kurasakan
Semacam keinginan untuk lebih dekat
Bukan…
Bukan yang seperti itu
Tapi lebih dari itu
Rasa yang terikat tapi tak mengikat
Rasa yang menenangkan meski tanpa sebuah pelukan
Rasa yang muncul hanya ketika kita tertawa bersama
Bahkan rasa yang tak pernah nyata
Tapi cukup membuat warna sendiri di dinding hati
Ini bukan cinta yang tak harus memiliki
Ini juga bukan cinta seperti yang kalian bilang
Hanya rasa
Hanya rasa saja
Seperti kecut jeruk
Atau manisnya sebatang coklat
Akan terasa lebih legit kalau rasa ini tetap seperti ini
Mari kita tertawa sekali lagi
Mentertawakan apa saja yg tak begitu penting
Bahkan yang remeh temeh sekalipun
Karena di derai tawa itu
Rasa kita akan hidup
Mungkin bisa selamanya
Meski hanya menjadi kenangan saja



Bungurasih,  26 juli 2013  18.00

Friday, July 5, 2013

kangmas Ari Lasso

apakah disana, dirimu berada
hampa terasa hidupku tanpa dirimu
apakah disana kau rindukan aku
 seperti diriku yang slalu merindukanmu

beginilah kalau emak-emak lagi konslet, seharian nyanyi lagunya kang mas Ari Lasso, entah itu lagi masak, lagi nyapu, lagi nyupir, lagi mandi, bahkan lagi nyuapin anak lagunya ituuuuu terus, sampe suami protes, "ganti chanel dong bu"
Udah deh, kalau lagi galau lagunya pasti yang sendu-sendu nih, ehm bener gak sih?
Yah kurang lebih begitu deh, ini emak-emaknya lagi galau, sedang kangen seseorang. Bukan pacar loh, kan pacarnya udah tiap hari ketemu di rumah. Ini kehilangan seorang sahabat, kayaknya sih belum mati, tapi tiba-tiba olang gitu aja (mungkin diculik alien), huah ngaco banget sih, ya abisnya dia ilang gitu aja.
 Sahabat yang satu ini pemikirannya dewasa, jadi bisa diajak share segala macam topik bahasan, mulai dari yang remeh temeh sampai yang serius (asal bukan politik). Kesalahan apa yang sudah kuperbuat sampai dia tega kabur tanpa pamit (kalau pamit gak kabur namanya neng). Masih harus intropeksi, mungkin ada kesalahn fatal nih.
Sahabat itu dicarinya susah bgt, lebih gampang dapet musuhnya. semuanya tergantung dari cara kita membawa diri aja sih, bakalan lebih mudah kalau kita bisa menyikapi masalah secara simpel, biar gak ribet pada akhirnya.
kembali lagi pada kang mas Ari Lasso


apakah disana, dirimu berada
hampa terasa hidupku tanpa dirimu
apakah disana kau rindukan aku
 seperti diriku yang slalu merindukanmu

s

Monday, July 1, 2013

MENJELAJAH HATI

Menjelma pada angan bertikar impian
Pada selaksa kisah kutumpahkan segala rasa
Menebarkan wangi, laksana cinta kesturi
Kemudian kurebah pada sandaran luka
Yang mungkin mulai menua atau bahkan hanya semu samata
Tak ingkar aku pada janji merpati
Namun setia ini tengah teruji
Pada pesona menawan si pencuri hati
Tidak,
Hatiku tak boleh tercuri
walau hanya secuil
Berpegang pada dahan di tepian pantai
Semoga tak terhempas aku pada karang cadas yang menyakitkan
Berbalut kain keraguan yang kian mengikisku
Kuperjuangkan semua laraku untuk satu Rasa saja
Satu saja
Untuk satu hati
KAMU


01072013 wlingi