Mendengarkan cerita akan selalu menjadikan kegiatan uang
mengasyikkan. Apalagi cerita tentang menikmati
semua jenis petualangan, lalu kenapa aku tidak ikut berpetualang saja? Bukankah
akan menjadi lebih seru bila ikut serta dalam berpetualang? Tentu saja iya, dan
aku ingin sekali, namun semua tak bisa terwujud, bukan karena aku seorang yang
penyakitan atau tak punya nyali, tapi lebih kepada tidak mendapat dukungan dari
keluarga, apalagi setelah menikah suami sama sekali tak mengijinkan aku ikut
berpetualang atau sekedar mencoba menikmati hari santai dia alam terbuka. Susahnyaaaaa,
tiu yang selalu kukeluhkan. Setiap kupertanayakan alas an kenapa? Yang ada
malah akan menyulut pertengkaran baru. Well hanya bisa menikmati cerita
teman-teman yang pernah melakukan petualangan saja, bisa sedikit mengobati rasa
ingin tahu.
Ada beberapa kawan petualang yang bersedia berbagi cerita
denganku, namun tak jarang aku malah minder bila bergaul dengan mereka, ada
berbagai alas an, salah satunya karena status sosial, perbedaan pergaulan dan
juga perbedaan selera berkawan. Mungkin bagi sebagian orang akan mengolokku
begini, “kenapa musti minder dan merendah begitu, bukankah kita semua di mata
Tuhan?” aku sering mendengar kalimat
seperti itu dari teman-temanku, yah mungkin saat kita tidak bertemu muka
(ngobrol via internet chatting) hal itu akan terasa ringan saja, tapi akan
terasa berbeda saat kita bertemu muka. Kenapa? Karena biasanya wajah di foto
berebeda sekali dengan wajah kita saat bertemu langsung, lantas kerena factor ini
tak jarang hubungan baik yang semula terjalin jadi renggang, hanya karena wajah
yang tidak secantik/setampan difotonya.
Selanjutnya adalah soal tingkat pendidikan, ini juga sering
menjadi semacam tembok yang memisahkan sebuah persahabatan. Semisal si A lulusan
SMA lalu si B hanya lulusan SMP dan SI C malah sarjana apa gitu, maka obrolan
akan menjadi sangat timpang, tidak seimbang lantas pelan tapi pasti aka nada yang
minder dan memutuskan untuk menjauhi temannya.
Sementara itu perbedaan pekerjaan juga bisa menjadi pemicu selanjutnya,
tak jarang kita temui, para pegawai akan lebih sering bergerombol dengan mereka
yang juga pegawai, lantas yang hanya bekerja sebagai buruh mereka juga akan
segan untuk ikut nimbrung dengan pegawai kantoran. Saya sendiri kadang juga
malu kalau harus berlama-lama dengan mereka yang punya pekerjaan lebih
mentereng dari pekerjaan saya yang hanya ibu rumah tangga, dan kadang kala
malah jadi TKW. Secara harfiah mereka tak pernah mengatakan pekerjaan itu
jelek, tapi ketika obrolan sampai pada soal pekerjaan maka saya akan cukup tahu
diri meninggalkan obrolan tersebut, sangat tidak relevan sekali rasanya kalau
mereka bercerita hal-hal yang berbau kantor sedangkan saya apa yang harus saya
ceritakan kecuali hal-hal yang sifatnya hanya dapur dan bersih-bersih.
Lantas bagaimana dengan latar belakang ekonomi, ini juga
menjadi hal yang paling sering dijadikan alas an seseorang untuk menjauhi
temannya. Sering saya mendengar begini, “saya malu, bukankah kamu sekarang
sudah kaya?” lantas ada juga yang begini, “kamu dari dulu kok begini-begini
saja sih? Tak ada peningkatan,” sambil melihat keadaan rumah temannya yang
masih kumuh.
Hellooooo… meski
semua alasan itu tidaklah baku, tapi cukup mengganggu bukan. Kadangkala kalau
saya terpaksa bertemu dengan orang-orang yang berebeda dengan saya, maka topic pembicaraan
akan lebih sering saya alihkan pada hobi atau isu-isu yang sedang menjadi
headline suratkabar, atau hal-hal sepele yang ada disekitar kita. Untuk pembicaraan
tentang latar belakang pendidikan, status sosial dan pekerjaan akan benar-benar
saya hindari, karena hal itu hanya akan membuat saya semakin minder saja.
Lantas bagaimana dengan topic yang tadinya membahas tentang
keinginan berpetualang di awal tulisan ini? maka disini saya akan tertawa dulu
:D :D :D . inilah saya yang sering melencenga dari tema utama.
Well kembali pada awal cerita, karena keinginan
berpetualangku yang tak pernah kesampaian kecuali sekali ikut jelajah melewati
pesisir pantai dengan rute pantai Jonggring Saloko menuju pantai Ngliyep saat
masih SMK kelas 2 dulu, tak ada lagi kegiatan petualangan yang say lakoni, maka
sebagai pelampiasan saya sering mencari teman petualang dan memohon-mohon untuk
menceritakan pengalaman mereka, keduaq membaca website milik seorang petualang
yang sering mengulas perjalanan mereka di internet, terakhir nonton film
sejenis 5CM dan SOE HOk GIE untuk memenuhi keingin tahuan saya tentang
tempat-tempat indah berikut orang-orang yang sering mendatanginya. Lantas saya
akan berkhayal dengan menuliskannya di blog pribadi saya, atau hanya
menuliskannya di laptop dan menjadi arsip using yang tak pernah terposting
karena merasa tak layak untuk dibaca umum, untuk kali ini silakan anda yang
tertawa, diperbolehkan tertawa selebar-lebarnya sodara-sodara tapi awas kalau
ada lalat masuk mulut ya? Anggaplah sebagai cemilan anda, :D :D :D
Buat kalian yang masih muda dan ada kesempatan, jangan
pernah menyiakan-nyiakannya, perjuangkan apa yang menjadi keinginan kalian saat
ini, tapi jangan lantas menghalalkan segla cara ya. Tetaplah berada jalurnya. Sebelum
menyesal di kemudian hari, keep fight for the best result.
Wlngi, 05 sept 2013
3.43 pm