Saturday, March 2, 2013

naskah drama pertamaku

CUCUKU PULANG

Siang terik di depan gubuk tua, nampak seorang nenek sibuk menjahit kebaya kusam miliknya.

Mbok Painah nampak bersungut-sungut sebal, karena gagal memasukkan benang. Bergumam tak jelas. Kemudian menghempaskan kebaya besesta alat jahitnya di atas kursi. Berjalan menuju halaman, melongok ke kanam dan ke kiri

Mbok painah: kok lama buanget to nduk, tadi bu RT bilang kamu sudah sampai airprot Juanda. Tapi sampai siang belum keliatan to, (jeda) opo bu RT mau ngapusi aku? (mendengus kecal, kembali pada kebaya jahitannya)

Tumirin datang tergopoh-gopoh membawa plastik besar, langkah kakinya sedikit pincang.

Tumirin: mboook... Mbok Painah...

Mbok Painah acuh, karena memang sudah tuli. Akhirnya Tumirin teriak di depan janda tua itu. Mbok painah kaget.

Mbok painah: Ora sopan... Ada apa to rin, kok teriak-teriak kayak tarzan. Terae bocah ra tau mangan bangku sekolahan. Sama orang tua kok teriak. (marah)

Tumirin cengengesan
Tumirin: la emangnya aku rayap to mbok kok makan bangku sekolahan (cengengesan). Lagi pula aku tadi sudah manggil simbok, tapi sampean ndak dengar

Mbok painah: ya maklum rin, aku kan sudah tua (melunak, tp berwajah masam)

Tumirin: itu lo mbok, aku disuruh pak Kades ngantar jatah sembako bulan ini (menyerahkan bungkusan)

Mbok painah: terima kasih rin (membuka bungkusan, dan menunjukkan segenggam beras pada penonton) ini beras apa kutu? Sudah gitu buluk lagi, kalau ini di masak pasti seperti karak rin (menunjukkan pada tumirin) Sent via Tumirin: namanya juga jatah untuk warga miskin mbok, masih untung kita dapat jatah sembako tiap bulan. Bisa sedikit hemat.

Dari jauh nampak bu yanti berjalan kemayu (bekas model, kerja di salon) namun begitu melihat tetangganya, dia mempercepat langkah dgn wajah sumringah. Di pundaknya nampak terselampir tas berisi baju2 kreditan

Mbok painah: opo rin? Mentang-mentang kita ini warga miskin terus jatahnya yg sotiran begitu? La wong tiap tahun kita juga diwajibkan bayar pajak. (jeda mengatur nafas) katanya indonesia itu kaya, tapi jatah sembako kok masih sotiran begini. Terus kemana larinya kekayaan indonesia rin?

Bu yanti: membicarakan apa ini mbok? (bu yanti langsung ikut nimbrung)

Tumirin: ini lo bu, mbok painah lagi protes jatah sembako. Ngomong2 mau kemana bu?

Bu Yanti: oh ini mau jualan baju, sambil nagih kreditan kang.

Mbok painah: Bu Yanti anaknya masih di Hongkong kan? Kira-kira bisa ketemu Suteki ndak yo? (Sambil asyik membelek-belek baju)

Bu Yanti: tidak yakin aku mbok, Rohana itu sedang kesandung masalah. Tahun lalu saja sudah 7 bulan kerja kena interminit, terus dapat ganti majikan malah lebih parah, anakku tidak dapat libur, tidak dapat gaji pula. (menggeleng kesal)

Tumirin: untung saja istriku baik-baik saja bu (medok) lah suteki bagaimana mbok?

Mbok painah: cucuku itu malah mengenaskan, setiap hari di pukuli majikannya, jarang di kasi makan,hati ini mendengarnya jadi trenyuh.
Bu Yanti: kalau yang itu tidak bisa dibiarkan mbok, harus dilaporkan itu.

Mbok painah: aku sendiri juga ndak ngerti mbok. Katanya kemarin itu sudah selesai sidang. Hari ini pulang, tapi kok sudah sesiang ini belum sampai to.

Tumirin: mbok painah ki kayak ndak tau jalanan daerah kita. Rusak berat mbok. Makane suwi

Bu Yanti: saya itu jadi nggak ngerti sama pemerintah. Setiap tahun bayar pajak tp pembangunannya masih belum merata. Katanya TKW itu menyumbangkan devisa sampai sekian milyar rupiah. Tapi pembangunan masih tersendat.

Mbok painah n Tumirin: maksudnya apa to bu? Bebarengan.
Bu Yanti: maksudnya, (bu yanti menggeleng bodoh, kemudian nyengir) tapi memang pemerintah itu tidak adil (melanjutkan ngobrol,)

Tumirin dan mbok painah berpandangan, kemudian menatap ingin tahu pd Bu Yanti

Bu Yanti: kekayaan yang sebanyak itu malah di pakai untuk mensejahterakan perampok uang rakyat. Seperti calo TKI, PJTKI, AGENSI bahkan terminal 2 soekarno-hatta msh megah berdiri di naungi penyamun2 berdasi.
Mbok Painah: perampok bagaimana to bu?

Tumirin: la wong kita ini mlarat lair batin, kok di rampok. Apanya yang di rampok.

Bu Yanti: seperti anakku, cucumu, juga istrimu. Mereka di PJTKI di jejeli doktrin-doktrin menyesatkan. Di larang banyak tanya, di haramkan bantah. Iya nggak?

Mbok painah dan Tumirin mengangguk kompak, dan ber "yaaa" panjang.

Bu Yanti: masih ingat saat mereka di suruh tanda tangan utang, padahal kita tidak merasa berhutang.

Mbok Painah: iya bu, 21.000.000... (diam mikir, kemudian meneruskan ragu) katanya untuk biaya mess, makan, seragam, buku panduan, ujian, tiket, paspor dan juga dokumen.

Tumirin: iya istriku dulu juga di omongi seperti itu.

Bu Yanti: kalian percaya

Sekali lagi Mbok Painah dan Tumirin mengangguk pasti
Bu Yanti mendengus. Antara prihatin dan sebal.

Bu Yanti: menurut koran terbitan hongkong yg di kirim anakku, seharusnya nggak sampai segitu mbok, 9000 dolar itu sudah lebih dari cukup.

Mbok Painah: cucuku kok di suruh bayar potongan 5 bulan ya bu?

Tumirin: istriku juga 5 bulan bu.

Bu Yanti: kalian tidak tahu? Itu karena gaji mereka di bawah standar.

Mbok Painah: bawah standar piye to iki? (makin gusar)

Bu Yanti: sebenarnya, semua tkw di hongkong itu, mendapat gaji 3580 dolar. Anakku saja gajinya segitu. Tapi sial, baru 7 bln di pecat gara2 ketahuan ikut demo. Dpt majikan baru potongan lagi 7 bln, baru 8 bln di pecat lagi gara2 majikannya di pecat si bos. Sekarang baru 6 bulan di majikan baru, dia sibuk mau keluar gara2 majikannya suka mukul. Bingung banget jadinya.

Tumirin: sabar bu, mungkin belum rejeki (sok pengertian)

Mbok painah: (melihat jalan, menepuk pundak tumirin) rin, itu putuku Suteki kan?

Tumirin: mana to mbok? Ndak ada gitu lo

Bu Yanti: ya ampun Suteki, kamu kok jadi kurus banget? (teriak Bu Yanti kaget) (pada mbok Painah) itu cucumu mbok. Kamu benar, itu cucumu pulang.
Mbok Painah: suteki... (tergugu, antara bahagia dan sedih)

Sementara itu dari arah berlawanan nampak perempuan muda berjalan tergopoh-gopoh, membawa tas berat. Wajahnya suram menahan amarah, berulangkali mengatakan "tidak" pada lelaki yang mengikutinya. Sedangkan lelaki itu tak bosan merayu untuk jadi tkw di pjtki-nya.

Suteki: sudah kubilang, aku ndak mau ikut bapak. Kok maksa to.

Lelaki: di jamin cepat proses dik. Nanti dapat gaji tiga juta lebih. Tempatnya bersih, sarana dan prasarananya lengkap. Bisa dikunjungi setiap saat.

Suteki mempercepat langkah, wajahnya sumringah begitu melihat mbok painah. Rasa capainya hilang menguap begitu saja.

Suteki: mbok... Teki sudah pulang, teki kangen simbok. (mencium tangan Mbok painah penuh khidmat)

Mbok painah: teki cucuku, kamu sudah pulang nduk. (meraba pipi suteki yang pucat, dgn bekas lebam di bibir) kamu pasti menderita sekali di sana

Suteki: aku ndak apa2 mbok, orang itu sudah di penjara...

Bu Yanti berdehem kecil

Suteki: eh... Oh iya. Bu Yanti, kang Tumirin, sudah lama ya? (tersadar dan salah tingkah.

Tumirin: aku dengar kamu di sana di gebuki to ki?

Bu Yanti: kabarnya kamu di perkosa ya ki

Mbok painah: itu hanya kabar burung kan nduk?

Lelaki yg mengikuti suteki nampak salah tingkah karena di cuekin, pura2 telepon seseorang. Agak menjauh.

Suteki: itu benar mbok, bukan bohong. Tp teki bisa selamat kok mbok.

Tumirin: kamu diapakan saja ki, kok sampai kurus begitu.

Suteki: aku sering di hukum, ndak dikasih makan kang. Katanya kerjaanku ndak bener. Kurang bersih. Padahal aku setiap hari ngepel lima kali. Pokoknya dari jam 6 pagi sampai 12 malam aku ini ndak kober duduk. Bersih2 terus, pagi di rumah bobo, siang di rumah sing sang. Malam nyuci mobil.

Bu Yanti: itu kan gak boleh ki? Kenapa kamu nggak segera lapor polisi.

Suteki: waduh bu, aku waktu itu ndak ngerti apa2. Tahunya ndak boleh bantah, iya to pak (sambil sinis memandang lelaki yg tadi mengikutinya

Lelaki: oh... Eh he eh (tp buru2 menutup mulutnya) nggak kok neng.

Suteki: ya sudah, aku mau tanya. (jeda) kalau aku ikut pt bapak, potongan berapa bulan?

Lelaki: ndak banyak kok neng, cuma tuju bulan, lagipula itu kan untuk...

Bu Yanti, Mbok Painah dan Tumirin: bayar ujian, seragam, buku panduan, makan, sewa tempat, tiket pesawat, asuransi dan dokumen.

Lelaki: lo kok sudah pada tahu.

Suteki: karena kami terlalu sering mendengarnya. Sudahlah pak, aku ndak mau masuk pt.mu

Lelaki: tapi neng dapat uang saku satu juta loh.

Suteki: ndak mau

Lelaki: gaji tiga juta lebih lo neng

Suteki: terus kalau aku di aniaya, kamu nyuruh aku tlp agensi. Agensi kulapori, ganti nyuruh telepon pt. Sambil di marahi begitu?

Lelaki: nggak kok neng, dijamin ini agensinya baik kok

Suteki: agensi baik? Ndak percaya aku. Janji dari PJTKI yg dulu juga begitu. Tapi nyatanya, saat aku di aniyaya bahkan hampir di perkosa, dia malah balik membodoh-bodohkanku. Aku di omelin, bahkan di tampar. Alhamdulillah pak polisinya baik, aku di antar ke shelter pas di temukan pingsan. Jangan2 PJTKI.mu juga begitu.

Lelaki itu pun pura2 menerima telepon, sambil buru2 pergi

Tumirin: oh ya, istriku disana bagaimana ki? Kok lama ndak kirim kabar, aku takut dia kenapa-napa.

Suteki: yu Rubiyem baik2 saja kok kang, ini titipan dari istrimu. Dia itu sibuk, ngurusi bayi kembar. Jadi ndak punya waktu untuk tlp atau nulis surat. Untung majikane baik, istrimu di gaji 4000 dolar lebih malahan.. Tapi Yu Rubiyem ndak pernah dapat libur.

Tumirin: terima kasih ki.

Suteki: nah ini titipan dari teh Rohana bu. Teteh majikannya udah ndak kurang ajar lagi kok. Bu yanti tenang saja.

Tumirin: astaghfirulloh. Aku tadi kan di suruh kerumahnya pak kamituwo, la malah ngobrol disini (panik) yo wis mbok, aku mulih disik. Mari bu... Ki... Assalamualaikum... (bergegas pergi)

Bu yanti: oh iya aku kan masih harus keliling, kok malah asyik ngrumpi disini (mengemasi dagangan) jalan dulu mbok, mari ki... Makasih ya...

Suteki: sama2 bu. Semoga laris ya,

Mbok painah: wis nduk kamu ndak usah ke sana lagi yo.

Suteki: lo piye to simbok iki, aku kan masih mau nyari modal.

Mbok painah: daripada kamu dipukuli begitu. Aku ndak rela

Suteki: nanti aku bisa lapor polisi mbok

Mbok Painah: kalau kamu di tipu, bagaimana nduk.

Suteki: insya Alloh, ndak mbok. Nanti aku bisa lapor yg berwajib. Sekarang suteki sudah tau.

Mbok Painah: siapa yg ngajari?

Suteki: mbak2 di shelter. Jadi teki boleh berangkat lagi kan mbok?

Mbok Painah: nanti aku pikir dulu.

Suteki: boleh ya mbok...

Mbok Painah: nanti kupikir dulu.

Suteki menarik tangan mbok painah halus.

Mbok Painah: mau kemana?

Suteki: beli ikan asin di warungnya mbah Mijan...

Suteki dan Mbok Painah berjalan sambil ngobrol. Panggung kosong....

SELESAI 
note: drama ini pernah dipentaskan di Hongkong pada acara yang deselenggarakan oleh organisasi buruh setempat.
Hongkong, 20 januari 2010

No comments:

Post a Comment